Bukan untuk menepuk dada atau meyombongkan diri. Ini tentang catatan perjalanan mencintai dunia literasi. Tentang berefleksi dan berkaca diri. Tentang nilai yang perlu dirawat dan dipahami. Tentang bagaimana sebuah proses kehidupan dilalui, dan dijalani sepenuh hati. Dan tentu saja rasa syukur yang tak bertepi.
Bermula dari keinginan untuk berkontribusi pada dunia literasi. Dunia yang sepenuh hati dicintai. Dunia yang bisa menumbuhkan kepercayaan diri. Bahwa literasi itu adalah titik awal membangun kehidupan yang sejati. Tak hanya tentang karakter yang perlu dimiliki, atau kompetensi yang mumpuni, hidup sejatinya butuh juga literasi. Sebab, dunia selalu menuntut kita mampu beradaptasi.
Berbisnis itu bisa berprinsip pada lima jari tangan.
Sebagai seorang entrepreneur, Hikmat Kurnia menegaskan dalam berbisnis dibutuhkan mental yang kuat. Hampir tidak ada bisnis yang omzetnya naik terus. Suatu saat pasti turun. Saat turun itulah kita sedang diuji, seberapa kuat kita punya daya tahan. Daya tahun itulah yang akan menentukan kualitas seorang entrepreneur.
Baginya, berbisnis itu bisa berprinsip pada lima jari tangan. Lima jari itu adalah mimpi, konsep, kompetensi, modal dan komitmen. Namun, modal itu bukan melulu urusan uang. Nama baik, jaringan, pengalaman, dan keahlian bisa jadi modal yang baik.
Saya percaya Indonesia tidak hanya dibangun oleh impian besar, tetapi juga tauladan dan tindakan para pendirinya. Tauladan dan tindakan itu pertama-tama adalah bagaimana mengubah…
Jawabanya terletak pada kemampuan kita melahirkan generasi yang unggul lewat tiga pilar, yaitu karakter, kompetensi, dan literasi. Manusia adalah pelaku sekaligus pembuat peradaban. Dan…
Sejatinya informasi tertulis disebarkan dengan cara yang berbeda setiap zamannya. “Kang, saya lihat remaja sekarang sudah mulai tidak akrab dengan buku. Bisa-bisa industri buku akan…