Oi Hodo

Tampunglah hujan ilmu, pengetahuan, dan pengalaman dalam dirimu. Kelak dengan modal itu, Insya Allah Engkau menjadi mata air kesadaran bagi lingkungan tempatmu berpijak.

 

Engkau boleh saja berjalan jauh Nak. Bahkan berdiam di negara yang mungkin secara budaya, politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya berbeda dengan negaramu. Namun, Engkau tetaplah punya tugas memberi kemanfaatkan bagi lingkungan tempatmu berpijak. 

Ingatkah Engkau tentang Oi Hodo? Di pinggir pantai itu kita menemukan mata air itu. Mata air yang mengalirkan air tawar. Tak pernah kering sepanjang tahun. Penduduk memanfaatkannya untuk air minum, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Kerbau-kerbau berendam di kejernihan airnya

Oi Hodo adalah berkah alam bagi warga Desa Oi Hodo, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu. Walaupun berada di pinggir pantai, rasa tawarnya tetap terjaga: tidak tercampur oleh asinnya air laut. Debit airnya konstan, seolah-olah tidak berada di daerah kering. 

Alam selalu punya cara itu memberi keberkahannya. Terkadang tak terjangkau oleh nalar pikiran awam. Walaupun bagi geologist seperti Pak Awang Satyana dengan mudah bisa dijelaskan. Apalagi bagi Kang Fajar yang para ahli hydrogeologist. Ada alasan logis dan masuk akal mengapa Oi Hodo selalu mampu mengalirkan air tawar yang jernih, dengan debit yang tetap sepanjang tahun, dan tak tercampur air laut.

Oi Hodo mampu menjadi mata air kehidupan, karena selama puluhan tahun, mungkin ribuan tahun mampun menampung air hujan dari celah bebatuan secara bertingkat dan berlapis-lapis. Yang keluar sekarang ini bisa jadi hasil tampungan dari hujan ribuan tahun lalu. Bukan dari hasil hujan kemarin sore.

Begitu juga hidup kita Nak. Mungkin saja kita berada pada kondisi yang tidak sama dengan lingkungan kita. Namun, kita mesti sebisa mungkin memberi kemanfaatkan, tanpa harus larut dalam arusnya. Kita tetap harus punya jatiditi dan karakter. Sebab, itulah nilai diri kita. Dan itu perlu dibangun sepanjang hidup kita. Selamat belajar Nak. Tampunglah hujan ilmu, pengetahuan, dan pengalaman dalam dirimu. Kelak dengan modal itu, Insya Allah Engkau menjadi mata air kesadaran bagi lingkungan tempatmu berpijak. Tabik. #catatanHK, ngacapruk subuh

Tinggalkan komentar