Zikir, Mikir, dan Plesir

Bukan untuk menepuk dada atau meyombongkan diri. Ini tentang catatan perjalanan mencintai dunia literasi. Tentang berefleksi dan berkaca diri. Tentang nilai yang perlu dirawat dan dipahami. Tentang bagaimana sebuah proses kehidupan dilalui, dan dijalani sepenuh hati. Dan tentu saja rasa syukur yang tak bertepi.

Bermula dari keinginan untuk berkontribusi pada dunia literasi. Dunia yang sepenuh hati dicintai. Dunia yang bisa menumbuhkan kepercayaan diri. Bahwa literasi itu adalah titik awal membangun kehidupan yang sejati. Tak hanya tentang karakter yang perlu dimiliki, atau kompetensi yang mumpuni, hidup sejatinya butuh juga literasi. Sebab, dunia selalu menuntut kita mampu beradaptasi.

Tidak hanya literasi tentang baca tulis yang mutlak jadi pondasi. Juga butuh literasi budaya unyuk memahami posisi manusia sebagai mahluk pribadi dan makhluk yang perlu berinteraksi. Juga perlu paham literasi teknologi supaya sadar bahwa kita hidup di dunia yang terus bertumbuh ke arah yang terkadang susah dipahami. Dan kita pun perlu mengerti literasi keuangan supaya paham untung rugi dalam bertransaksi. 

Lewat zikir, kita harus sadar ada kekuatan Maha Besar yang menjadi pengendali: kita memohon, berdoa, bersabar, dan bertawakal atas apa pun yang terjadi. Lewat mikir, kita perlu berikhtiar lewat impian yang ditetapkan, visi misi, tujuan, konsep, kompetensi, kolaborasi, dan mental yang harus diuji. Kita perlu kemampuan memetakan peluang atas kondisi serba tak pasti. Bikin formula yang teruji. Dan tindakan yang terukur, pasti, dan presisi. 

Dan jika rasa lelah hadir menghantam diri, itulah saatnya untuk sadar diri. Kita butuh waktu untuk menenangkan diri: menikmati hobi dan kegemaran yang kita cintai. Kita perlu plesir untuk mencharge diri. Jangan menyerah atas hantaman yang terjadi. Rehatlah sejenak, dan siapkan energi untuk bangkit kembali. Insya Allah dengan cara itu hidup kita punya arti. 

Salam Zikir-Mikir-Plesir dari Agro Sapiens. #catatanHK