Menabur

“Kita ini harus berorientasi keluar. Berupaya menyelesaikan masalah orang lain. Jangan melalu berorientasi kedalam diri sendiri. Kalau kita mampu membantu menyelesaikan masalah orang lain, maka Insya Allah masalah kita akan selesai juga.” Begitu pesan seorang sahabat dalam obrolan pagi hari.

Atas pesan itu saya jadi ingat tiga kelompok manusia. Pertama, Pemberi (giver). Kelompok manusia jenis selalu berupaya menabur manfaat bagi sesama. Memberikan apa yang dimilikinya bagi kebajikan umat manusia. Hidupnya ditaburi cinta. Baginya sebaik-baiknya manusia adalah yang memberi manfaat. 

Kelompok kedua adalah Pengambil (taker). Kelompok manusia jenis ini menjadikan dirinya pusat gerak yang mesti mendapakan yang terbanyak dan terbaik. Dirinya harus mampu mengambil dari jagat raya ini sebanyak-banyaknya. Tidak peduli bahwa ada hak orang lain yang turut terambil. Kebahagian jenis kelompok ini jika sesuatu menjadi miliknya. 

Kelompok ketiga adalah Mediocre (biasa saja). Ini kelompok terbanyak manusia. Jenis manusia ini mengambil sebanyak yang dia beri. Memberi sebanyak yang dia ambil. Tidak serakah, tetapi selalu berhitung ketika harus memberi. Baginya apa yang dia berikan harus seimbang dengan apa yang dia dapatkan.

 

“Kita adalah apa yang kita tabur. Bukan apa yang kita tuai.”

 

Rosulluloh Muhammad SAW jadi contoh nyata seorang giver. Beliau seorang yang zuhud: memiliki harta tetapi tidak dimiliki harta. Beliau memberi apa pun yang bisa diberikan. Baginya apa yang diperolehnya hari ini harus habis diberikan hari ini juga. Fokus hidupnya adalah kemaslahatan umat manusia.

Gandhi, Bunda Teresa, Muhamad Hatta, dan jutaan tokoh hebat lainnya sejatinya adalah para giver. Begitu juga dengan Jalaluddin Rumi, beliau hanya mengambil 10% dari yang didapatnya. 90%-nya diberikan pada orang lain. Para giver ini hidupnya sederhana, tetapi derajatnya kelas tertinggi.

Pertanyaannya: dimanakah posisi kita? Seorang bijak pernah berkata, “Kita adalah apa yang kita tabur. Bukan apa yang kita tuai.” Sebab, kita ini adalah mahluk surga yang diutus untuk menabur kebaikan, bukan menabur kerusakan. Jika kita lebih banyak mengambil, maka dunia ini akan bangkrut. Wallahu’alam. #catatanHK, ngacapruk subuh

Tinggalkan komentar